*Dugaan Kasus Korupsi Hingga Kebocoran Dana Akibat Kelalaian Manajemen
Pontianak – Sepertinya Bank Kalbar punya daya tahan luar biasa. Berkali-kali tersandung kasus korupsi, kebocoran dana miliaran rupiah, hingga skandal kredit bodong, namun tetap saja berdiri tegak seolah tak tersentuh. Dari era kepemimpinan Samsir hingga kini di bawah Direktur Utama Rokidi, pola yang sama terus berulang: keuangan jebol, aset bermasalah, dan pinjaman fiktif yang entah bagaimana bisa lolos.
Kasus korupsi yang menghantui Bank Kalbar sudah terjadi berulang kali. Di era direktur sebelumnya, Samsir. Pembagian dividen pada tahun 2020 dilakukan tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan sempat diperiksa oleh Kepolisian Daerah Kalimantan Barat (Polda Kalbar). Tak hanya itu, kasus kebobolan dana di Bank Kalbar Cabang Bengkayang mengakibatkan pimpinan cabang dan sejumlah kontraktor masuk penjara setelah ditindak Kejaksaan Tinggi Kalbar.
Namun, bukannya belajar dari kesalahan, di era kepemimpinan Rokidi, Bank Kalbar kembali mengalami kebocoran besar. Kasus kredit proyek pembangunan pelabuhan Pelindo di Kabupaten Ketapang senilai Rp34 miliar hingga kini masih dalam penyelidikan Kejaksaan Tinggi Kalbar. Kasus lain yang membuat publik geram adalah pembelian tanah untuk kantor utama (KCU) Bank Kalbar di Jalan Ahmad Yani, Parit H. Husin I, Pontianak, yang menyebabkan kerugian dana mencapai Rp48 miliar. Bahkan menurut informasi yang beredar, Samsir dan anggota DPRD Kalbar, Paulus Mursalin, diduga berkolusi dalam praktik mark-up harga tanah tersebut. Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat telah menjadikan kasus ini sebagai prioritas untuk dituntaskan pada 2025.
*Kredit Bodong dan Skandal Pinjaman Fiktif Bank Kalbar*
Seolah tak cukup dengan skandal sebelumnya, Bank Kalbar di bawah Rokidi kembali merugi Rp4,7 miliar pada 2022 akibat pinjaman kredit bodong untuk proyek Waterfront di Kabupaten Sambas. Kontraktor berinisial (ED) mengajukan pinjaman kepada Bank Kalbar, namun proyek tersebut ternyata tidak memiliki kontrak resmi. Hingga kini, kasus tersebut masih dalam penyelidikan Polda Kalbar.
Ketua Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GN-PK) Kalbar, M. Rival, menyebut bahwa buruknya manajemen Bank Kalbar sudah menjadi rahasia umum. Ia menyoroti kurangnya langkah perbaikan dari Dirut Rokidi untuk menanggulangi berbagai praktik korupsi yang merugikan keuangan bank daerah tersebut.
“Sudah menjadi rahasia umum, Bank Kalbar sudah berulang kali mengalami kerugian dalam jumlah besar, tapi tidak ada upaya perbaikan dari manajemen hingga lintas pergantian pimpinan direktur. Justru, yang terjadi untuk beberapa kasus dengan pola yang sama terus terulang, tentu kami mencatat hal tersebut” ujar M. Rival kepada tim Media Fakta Grup, Kamis (20/2).
Salah satu kasus yang dibahas kembali adalah kebocoran dana Rp3,2 miliar di Bank Kalbar Cabang Menjalin, yang diduga dipakai untuk bermain judi online. Tak berhenti disitu, Bank Kalbar Cabang Sintang kembali mengalami kerugian Rp1,2 miliar akibat kredit konstruksi dengan agunan ruko bermasalah terkait status hak kepemilikan. Kasus ini juga sedang ditangani Kejaksaan Negeri Sintang.
Rival juga menambahkan bahwa manipulasi harga asuransi Bank Kalbar yang melibatkan kerja sama dengan lembaga asuransi milik daerah patut dicurigai sebagai salah satu bentuk penyimpangan besar di tubuh Bank Kalbar.
*Dugaan Skandal Kredit Hotel Harris dan Agunan Tanah Bermasalah
Salah satu kasus terbesar yang masih belum menjadi perhatian publik adalah pinjaman Hotel Harris yang ditaksir menelan kerugian hingga Rp120 miliar. Dalam kasus ini, aset yang diagunkan terdiri dari tiga sertifikat tanah, di mana salah satunya masih dalam sengketa hukum.
Kasus serupa terjadi di Jalan Paralel,Pontianak Timur, samping kantor BNN Kota Pontianak, dimana tanah seluas 32 hektar digunakan sebagai agunan, padahal tanah tersebut masih berstatus sengketa. Anehnya, Bank Kalbar tetap meloloskan pinjaman dengan jaminan tanah bermasalah tersebut.
Selain itu, Kejaksaan Negeri Pontianak juga berhasil mengungkap kasus pinjaman kredit fiktif di Bank Kalbar Cabang Flamboyan pada tahun 2022, yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (inkrah).
*Mengapa Bank Kalbar Selalu Bocor?
Menurut M. Rival, ada dua faktor utama yang menyebabkan kebocoran dana terus terjadi di Bank Kalbar:
1. Tidak adanya sistem otomatis (auto debit) untuk memotong pinjaman di rekening kontraktor yang meminjam dana dari Bank Kalbar. Padahal, rekening perusahaan yang digunakan juga merupakan rekening di Bank Kalbar. Kegagalan sistem ini membuat kredit macet terus terjadi.
2. Aset agunan yang sering kali berupa tanah bermasalah, namun tetap diloloskan oleh pihak Bank Kalbar. Diduga, ada intervensi kuat dari pimpinan utama Bank Kalbar hingga Komisaris dalam meloloskan pinjaman dengan jaminan yang tidak layak.
GN-PK berencana melaporkan seluruh dugaan praktik korupsi ini ke Kejaksaan Tinggi Kalbar dan Polda Kalbar dalam waktu dekat.
“Kami tidak akan tinggal diam. Semua kasus ini akan kami bawa ke ranah hukum agar tidak ada lagi kerugian daerah akibat kasus serupa yang diakibatkan kelalaian serta dugaan berbagai penyimpangan kasus korupsi. Kami meminta kejaksaan dan kepolisian untuk serius menuntaskan kasus-kasus ini,” tegas Rival.
*Tanpa Dana APBD, Bank Kalbar Bisa Kolaps?
Pengungkapan berbagai skandal ini semakin memperjelas rapuhnya manajemen Bank Kalbar dibawah kepemimpinan Rokidi. Fakta mencengangkan lainnya, jika Bank Kalbar tidak menghimpun dana APBD dari provinsi maupun kabupaten/kota di Kalimantan Barat, maka diperkirakan bank daerah kebanggaan ini akan mengalami kebangkrutan akibat terus-menerus mengalami kerugian akibat dugaan berbagai kasus korupsi hingga kelalaian manajemen.
Media Fakta Grup akan terus mengawal dan melanjutkan kasus dan praktik yang terjadi di Bank Kalbar dan mengungkap lebih banyak serta lebih dalam pada edisi berikutnya.(tim mfg)