NASIONAL – Sebanyak 1.769 warga Badui dari Kabupaten Lebak kembali melaksanakan upacara Seba Gede di Kota Serang, Banten, pada Sabtu (3/5/2025). Perayaan sakral ini dihadiri langsung oleh Gubernur Banten Andra Soni setelah sebelumnya mereka melakukan Seba bersama Bupati Lebak Mochamad Hasbi Asyidiki.
“Kita hari ini, masyarakat Badui, akan menjalani ritual perayaan upacara Seba atau persembahan dengan Gubernur Banten di Kota Serang,” ujar Ketua Panitia Seba Badui.
Upacara Seba merupakan tradisi tahunan masyarakat adat Badui sebagai bentuk syukur atas hasil panen dan ketaatan terhadap perintah leluhur. Tradisi ini dilakukan dengan membawa hasil bumi untuk dipersembahkan kepada pemimpin daerah.
Dalam pelaksanaan tahun ini, warga Badui Dalam mengenakan pakaian putih dengan ikat kepala putih (lomar), sedangkan Badui Luar mengenakan busana hitam dan ikat kepala biru. Sesuai tradisi, warga Badui Dalam berjalan kaki sejauh 40 kilometer dari Rangkasbitung menuju Kota Serang, sementara warga Badui Luar diperbolehkan menggunakan kendaraan.
Perayaan Seba Gede 2025 ini digelar pada pukul 20.00 WIB dan turut dihadiri jajaran pejabat Muspida Provinsi Banten. Para peserta membawa hasil bumi seperti pisang, talas, gula aren, tepung laksa, serta sayuran ja’at dan iris sebagai bagian dari persembahan.
Jamal, salah satu panitia, menyampaikan harapannya agar prosesi Seba berjalan lancar dan penuh berkah. “Kami berharap pelaksanaan upacara Seba berjalan lancar,” ujarnya.
Sementara itu, Jaro Tanggungan 12, Saidi Putra, menjelaskan bahwa Seba adalah kewajiban adat yang harus dijalankan masyarakat Badui. “Kami hingga kini melestarikan perayaan Seba, sebagaimana yang dilakukan leluhur dan jika tidak dilaksanakan khawatir menimbulkan malapetaka bencana alam,” jelasnya.
Saidi juga menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan yang telah diwariskan sejak masa Kesultanan Banten. Masyarakat Badui yang kini berjumlah sekitar 15.650 jiwa berkomitmen untuk tidak merusak hutan dan tetap hidup berdampingan dengan alam.
“Kami merasa bersyukur atas limpahan hasil pertanian dan menjaga lingkungan alam, sehingga perayaan Seba bisa membawa kemakmuran dan kesejahteraan,” tambahnya.
Tradisi Seba tidak hanya menjadi simbol syukur, tetapi juga perwujudan filosofi hidup masyarakat Badui dalam menjaga keseimbangan dengan alam.