Antam Siapkan Ekosistem Hilirisasi Bauksit Menuju Alumina Nasional

Direktur Utama PT Antam Nico Kanter dalam acara peluncuran aplikasi Antam di Jakarta, Selasa (18/3/2025). (Ist)

NASIONAL – PT Aneka Tambang Tbk (Antam) menyatakan komitmennya untuk memperkuat rantai pasok mineral bauksit dengan membangun ekosistem hilirisasi yang terintegrasi, mulai dari penambangan hingga menjadi produk alumina.

“Antam telah mencatatkan produksi bauksit sebesar 1,3 juta wet metric ton (WMT) pada tahun 2024, dengan penjualan sebesar 0,7 juta WMT. Kami juga mengelola segmen hilirisasi bersama Indonesia Chemical Alumina (ICA), dengan produksi mencapai 148 ribu ton dan penjualan 177 ribu ton alumina,” ungkap Direktur Utama Antam, Nico Kanter, dalam pernyataannya di Jakarta, Kamis.

Selain kemitraan dengan ICA, Antam juga memiliki saham di PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), yang kini berada dalam tahap transisi menuju operasi komersial. Nico menjelaskan, BAI telah berhasil melakukan uji coba produksi alumina dan mengirimkan 21 ribu ton perdana ke PT Inalum untuk diuji kualitasnya.

“Dengan kehadiran BAI, ekosistem hilirisasi aluminium nasional menjadi semakin lengkap. Bauksit kami olah menjadi alumina, lalu diserap oleh Inalum untuk menjadi aluminium. Ini adalah wujud nyata dari hilirisasi yang memberikan dampak langsung terhadap industri strategis nasional,” lanjut Nico.

Upaya ini juga dinilai mendukung strategi nasional dalam memperkuat fondasi hilirisasi bauksit melalui pelarangan ekspor bijih dan penetapan Harga Patokan Mineral (HPM). Pemerintah berharap langkah ini mampu mempercepat pertumbuhan industri alumina dalam negeri.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tri Winarno, menegaskan bahwa kebijakan tersebut bukan hanya instrumen fiskal, melainkan implementasi langsung dari amanat Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba).

Berdasarkan data ESDM, produksi bijih bauksit nasional pada 2022 sempat mencapai 31,8 juta ton. Namun, setelah larangan ekspor diberlakukan, angka tersebut turun menjadi 19,8 juta ton pada 2023 dan 16,8 juta ton di tahun 2024.

Meski demikian, Pemerintah optimistis produksi akan kembali meningkat seiring dengan beroperasinya proyek-proyek hilirisasi baru yang saat ini tengah disiapkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *