NASIONAL – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tengah melakukan kajian potensi tsunami di kawasan Pantai Gosong, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Kajian ini merupakan bagian dari studi kelayakan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama di Indonesia. Penelitian dimulai sejak 2023 dan dijadwalkan selesai pada 2025.
Dalam kajian tersebut, digunakan skenario gempa bumi besar berkekuatan magnitudo 9,1 yang bersumber dari zona subduksi Palung Manila, Filipina. Wilayah tersebut diketahui memiliki aktivitas tektonik yang signifikan secara geologis. Hasil simulasi menunjukkan bahwa tsunami berpotensi melintasi Laut Cina Selatan dan mencapai Pantai Gosong dalam waktu sekitar 9 jam 10 menit.
Tinggi gelombang tsunami diperkirakan berkisar antara 0,48 meter hingga 0,62 meter di sekitar lokasi rencana tapak PLTN. Puncak gelombang tertinggi tercatat di sisi barat Pulau Semesak mencapai 0,62 meter, sementara di wilayah utara Gosong berkisar antara 0,49 hingga 0,61 meter.
“Ancaman tsunami dari luar zona Indonesia tetap harus diperhitungkan, terutama untuk infrastruktur berisiko tinggi seperti PLTN,” ujar Peneliti Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Widjo Kongko, dikutip dari situs resmi BRIN, Senin (14/4/2025).
Widjo menjelaskan bahwa walaupun tinggi gelombang terbilang kecil, tetap ada potensi gangguan serius. “Risiko kerusakan sistem pendingin dan gangguan operasi bisa terjadi jika perencanaan desain tidak memperhitungkan skenario terburuk,” tambahnya.
PLTN dirancang menggunakan air laut sebagai sistem pendingin. Pipa-pipa untuk sistem tersebut dibangun hingga ke laut pada kedalaman 10 meter, dan berjarak sekitar 1,5–2 kilometer dari garis pantai. Namun, apabila terjadi tsunami, tekanan dan arus air laut yang berubah drastis dapat memengaruhi kestabilan serta efektivitas sistem pendingin reaktor.
Penelitian ini menggunakan tujuh domain pemodelan mulai dari resolusi global, regional, hingga lokal. Pemodelan terperinci dilakukan dengan resolusi hingga 1 meter dan memanfaatkan berbagai sumber data seperti GEBCO, BATNAS, DEMNAS, serta hasil survei lapangan menggunakan drone, GNSS, dan echosounder.
Selain itu, kondisi topografi Pantai Gosong yang landai dan proses sedimentasi turut memengaruhi potensi genangan tsunami. Jika gelombang tsunami terjadi bersamaan dengan pasang tertinggi atau Highest High-Water Level (HHWL), ketinggian gabungan air laut dapat mencapai lebih dari 1,5 meter.
“Untuk studi kelayakan desain dan perencanaan tapak PLTN, kita harus menyiapkan sistem dan mitigasi yang mampu menghadapi potensi ancaman tersebut,” lanjut Widjo.
Penelitian ini telah dipublikasikan dalam International Journal of Renewable Energy Development edisi Januari 2024 dengan judul Assessing the Potential Tsunami Source of the Manila Trench at the Bengkayang Nuclear Power Plant Site in Kalimantan Using Topographical Details.
Studi lanjutan direncanakan akan meneliti potensi tsunami dari sumber non-tektonik, yaitu longsor bawah laut di wilayah lepas pantai Brunei Darussalam. Studi ini akan melengkapi analisis sebelumnya sebagai bagian dari evaluasi potensi ancaman tsunami dengan pendekatan sumber jamak. Hasil kajian ini diharapkan menjadi rujukan teknis dalam penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan penilaian keselamatan lokasi PLTN, sesuai regulasi BAPETEN Nomor 4 Tahun 2018 dan Nomor 6 Tahun 2014.